Ada Asian Games, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Properti Indonesia?

ADA ASIAN GAMES, BAGAIMANA DAMPAKNYA KE PASAR PROPERTY INDONESIA

Ajang olahraga internasional, Asian Games 2018 tengah berlangsung di Indonesia. Dalam masa mempersiapkan even ini sejumlah infrastruktur pun dibangun, baik untuk kebutuhan pertandingan maupun properti untuk tempat tinggal atlet.

Direktur Riset Savills Indonesia Anton Sitorus menyatakan, dalam penyelenggaraan multisport event yang sudah berlangsung diberbagai negara sebelumnya memberikan dampak yang signifikan pada harga properti. Hal ini didorong banyaknya properti yang dibangun untuk kesiapan penyelengaraan.

Kendati demikian kondisi ini nampaknya tak berlaku pada Indonesia. Pasalnya, pembangunan properti dalam menyambut even Asian Games 2018 tidaklah besar.

“Kalau dibandingkan penyelenggaraan negara-negara sebelumnya, memang tidak terlalu terlihat signifikan (pembangunan properti), selain Wisma Atlet di Jakarta dan Jakabaring (Palembang) di luar tersebut selebihnya kepada (pembangunan) infrastruktur dan penataan tata kota yang lebih bagus,” ujarnya.

Dia menjelaskan, menengok negara-negara penyelenggara multisport event lainnya seperti Spanyol, Amerika Serikat (AS), Australia dan Yunani, mengalami peningkatan harga properti yang tingga pasca 5 tahun usai penyelenggaraan even.

Di Atlanta, AS pada olimpiade tahun 1996 harga properti di kota tersebut naik 19%, sedangkan di Sydney, Australia pada even tahun 2000, harga properti meningkat 50%. Kemudian ada juga Athena, Yunani pada even tahun 2004 meningkat hingga 64%, serta Barcelona, Spanyol pada even tahun 1992, harga properti naik 131%.

“Dampaknya tinggi sekali terjadi seperti di Barcelona, karena penyelenggarannya terjadi di daerah pinggiran,” katanya.

Namun, peningkatan tersebut juga diiringi dengan pembangunan properti yang signifikan. Adapun Indonesia dalam even Asian Games 2018 tidak signifikan dalam membangun properti.

Menurutnya, hal ini dikarenakan pemerintah ingin menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia yang kuat di tengah perekonomian global.

“Indonesia tidak ingin jor-joran tapi tunjukkan kalau secara ekonomi dan sosial kuat. Selama ini dikira kan fragile (rentan ekonominya). Jadi motivasinya ingin tunjukkan bisa selenggarakan even yang aman dan meriah. Jadi tambahan lainnya yang berupa legacy property mungkin itu jadi berkas kedua,” katanya.