Pengembang Optimis Tutup Tahun dengan Manis

PENGEMBANG OPTIMIS TUTUP TAHUN DENGAN MANIS

Beberapa hari menjelang akhir tahun ditengarai sebagai saat tepat untuk masuk pasar properti. Inilah momentum berharga untuk aktivitas penjualan maupun pembelian properti. Menurut survey , Lamudi Indonesia bahwa di banyak negara membeli  properti  banyak dilakukan pada 15 Oktober sampai akhir Desember.

 

Lamudi sendiri, telah mengkonfirmasi pada sejumlah agen properti terkait hal tersebut. Dalam pandangan para agen, periode Natal hingga akhir tahun merupakan waktu tepat untuk masuk ke pasar properti, baik untuk membeli atau menjual rumah.

 

Asumsi tersebut diperkuat dalam survei Rumah.com , Property Affordability Index Semester Pertama 2018, menunjukkan bahwa sebanyak 66% responden merasa puas dengan iklim properti saat ini. Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan semester sebelumnya, sebesar 67%, namun meningkat sebanyak 4% dibanding semester yang sama satu tahun sebelumnya.

Untuk itu, di tiga bulan terakhir ini, pengembang dituntut untuk menyiapkan strategi demi melancarkan penjualan agar mampu mencapai target tahunan. Kreativitas dan inovasi dalam strategi pemasaran sangat diperlukan. Pasalnya, di tengah situasi pasar yang sangat dinamis, konsumen saat ini sangat hati-hati dan selektif menggunakan dananya.

Kepuasan terhadap iklim properti ini mayoritas didasarkan pada faktor kenaikan harga properti yang stabil, serta apresiasi terhadap kenaikan harga properti jangka panjang. Faktor ini diamini oleh 69% responden. Dan 18% responden yang merasa tidak puas, mengungkapkan faktor kenaikan harga properti sebagai penyebabnya. Alasan lainnya adalah uang muka yang terlalu tinggi.

“Faktor kenaikan harga memang selalu dipandang dari dua sisi. Bagi mereka yang optimistis, mereka melihatnya sebagai peluang investasi di masa depan, sementara mereka yang pesimistis, ini disebabkan keraguan terhadap kemampuan finansial mereka,” kata Ike Hamdan, Head of Marketing Rumah.com.

Senada dengan asumsi responden, Ferry Latuhihin yang merupakan Senior Chief Economist PPA Capital meyakini instrumen investasi di sektor riil seperti properti masih sangat menjanjikan. Lantaran dibanding negara Asia lainnya, Indonesia masih tertinggal. Hal ini disebabkan perkembangan infrastruktur yang belum memadai. Apalagi di lain sisi, sektor properti sangat bergantung terhadap kondisi ekonomi.

“Dari faktor infrastruktur, saya melihat proyek LRT dan MRT akan membawa perubahan besar dalam dunia properti. Sedangkan dari faktor perekonomian, properti ini sebenarnya leading indicator. Saat ekonomi mau menanjak, biasanya properti sudah ‘lari duluan’. Begitu sebaliknya, saat ekonomi bergerak menurun, properti yang sudah lebih dulu bersiap,” katanya.